Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML Atas

Black Pink: Light Up The Sky

Black Pink: Light Up The Sky 

Semakin tua usia, katanya, orang akan semakin bijaksana. Mungkin ada benarnya juga. 

Yang pasti bagi saya, semakin tua usia membuat telinga saya semakin sulit mendengarkan musik dengan distorsi high gain. Tapi bukan berarti juga lantas saya beralih menggemari pop ala Korea. 

Cukup Blackpink saja yang sedikit mencuri perhatian saya. Mungkin karena mereka wanita dan saya lelaki yang mendorong jari ini akhirnya menekan mouse untuk melihat video musik mereka yang selalu mondar mandir di linimasa youtube saya.

Ya, tidak ada banyak tanggapan juga setelah mendengar lagu ataupun melihat video musiknya. Yang jelas terlihat, semua karya yang disuguhkan ke publik adalah hasil dari proses produksi yang sangat baik. Bisa dibilang semua variabelnya dapat nilai seratus. 

Kalau menonton film dokumenter mereka yang baru saja rilis di Netflix dengan judul Blackpink: Light Up the Sky, informasi itu bisa kita lihat. Apa yang kita lihat dihilir itu, asumsi saya, buah dari ekosistem yang baik di wilayah hulu. Jelas, kesamaan visi dan keseriusan para pemangku kepentingan (stakeholder) juga salah satu penentunya. 

Black Pink: Light Up The Sky
img/mashable.com

Mau mengomentari lebih jauh juga malas. Status facebook rasanya semakin tidak kompatibel untuk menjadi wadah mengutarakan pandangan ataupun tawaran dialog. Entah algoritma medianya yang berubah, atau audiensnya yang bergeser, entah. 

Mau menulis "humor ala santri" saja juga takut. Takut menyinggung. Padahal niatnya untuk memperingati hari santri 22 Oktober kemarin. Agaknya platform blog tetap menjadi pilihan yang cukup masuk akal. 

Tiba-tiba saya teringat kawan saya yang ternyata ngefans sekali dengan Blackpink. Saya cuma komentar, "gak malu sama umur?!".

— Sandy

Posting Komentar untuk "Black Pink: Light Up The Sky"