Cagar Alam Pulau Rambut
Cagar Alam Pulau Rambut
Cagar Alam Pulau Rambut - Pulau terdepan yang menghadap Pulau Jawa di Teluk Naga, Tangerang, itu benar-benar merupakan "hotel" burung bertaraf internasional. Selain dihuni oleh burung pribumi, setiap tahun "hotel" ini juga dikunjungi burung turis asing.
Pulau Rambut |
Di antara mereka ada yang cuma singgah sementara, ada yang menginap dan berbulan madu, tapi ada juga yang beranak pinak dan membesarkan anak sampai cukup besar untuk kemudian kembali ke negeri asal.
Kita dapat mencapai pulau itu dari Tanjung Pasir di Teluk Naga hanya dalam setengah jam, dengan perahu bermotor, angkutan umum antara Tanjung Pasir dan pulau-pulau terdekat di gugusan Kepulauan Seribu. Jarak Tanjung Pasir ke Pulau Rambut hanya 2,5 km.
Cagar alam Pulau Rambut
Tiba di dermaga pelabuhan, kita sudah dihadang oleh papan nama yang menyatakan bahwa pulau yang akan kita injak-injak itu nanti adalah cagar alam. Sudah sejak 1937, pulau itu ditetapkan dengan undang-undang sebagai cagar alam. Tugasnya melindungi berbagai burung air yang menetap di hutan pulau. Itu berarti, sudah sejak itu pula kita dilarang berbuat macam-macam. Dilarang ini, dilarang itu, dan masih banyak lagi larangan lainnya.
Memang kita tidak bisa masuk sembarangan ke dalam kawasan ini, kecuali kalau sudah mengantungi surat izin dari kepala Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam di Jakarta. Izin hanya diberikan untuk tujuan penelitian dan pendidikan. Syaratnya, ya, itu tadi. Harus mematuhi peraturan tidak boleh macam-macam.
Suaka margasatwa Pulau Rambut |
Surat itu harus kita tunjukkan kepada petugas pengawas yang berkantor di Pulau Untung Jawa di sebelah timur Pulau Rambut. Kira-kira berjarak seperempat kilometer. Di Pulau Untung Jawa ini pula kita disarankan agar membeli air tawar untuk bekal air minum di Pulau Rambut. Sebab di sana tidak ada yang jual air.
Sebagai cagar alam, Pulau Rambut terlarang untuk dicampurtangani orang dari luar, walaupun cuma masuk. Apalagi mancing di sekitar pulau. Flora dan fauna di situ tidak boleh diusik, harus dibiarkan tumbuh secara alamiah apa adanya.
Bagi para pengamat dan penyayang burung, Pulau Rambut yang hanya 45 ha itu merupakan tempat yang bagus untuk melakukan pengamatan burung. Khususnya burung air yang memanfaatkan rawa dan pantai sebagai tempat mencari nafkah. Cacing, siput, anak ikan, dan berbagai binatang kicit yang tumbuh dalam lumpur. Burung air mudah dikenali karena tubuhnya rata-rata besar dan warnanya mencolok.
Cagar alam Pulau Rambut |
Migrasi burung harian
Ternyata sebagian besar burung air itu bermigrasi harian ke Jakarta. Mereka meninggalkan pulau untuk mencari makan ke pantai utara Pulau Jawa ketika fajar menyingsing, dan baru pulang menjelang senja. Migrasi harian mereka seperti migrasi para commuter masyarakat orang. Pagi berbondong-bondong ke Jakarta, dan sore berduyun-duyun kembali ke tempat tidur masing-masing.
Memulainya berangkat kerja pada pagi hari juga tak beraturan seperti kita. Untuk melihat keberangkatan mereka, kita berdiri saja di dermaga pulau sebelah selatan, dan menengadah ke langit. Nanti akan tampak bagaimana berbagai jenis burung migran itu berseliweran, dan bergerak ke arah selatan. Burung pecuk (ular, hitam, padi kecil), burung kuntul (kerbau, kecil, besar) dan burung cangak (abu-abu, merah).
Barisan burung di dermaga Pualu Rambut |
Tetapi di langit fajar itu pula kita akan melihat kawanan burung lain yang terbang dari selatan, berlawanan arah dengan yang akan berangkat. Mereka burung malam yang baru saja menyelesaikan tugas shift malam, yaitu burung kowak malam yang suka berteriak kowak ... kowak ... kowak! Karena suka mencuri ikan dari tambak orang, ia juga dikata-katai sebagai kowak maling.
Baru sekitar pukul tujuh pagi, kesibukan pendaratan dan lepas landas burung mulai berkurang. Untuk mengamati kesibukan mereka di berbagai pohon penginapannya, kita harus menelusuri jalur pengamatan yang sudah dibangun oleh petugas resor cagar alam, mulai dari belakang kantor resor ke arah utara. Pembangunan jalur pengamatan ini sebenarnya untuk tugas inspeksi para penjaga pulau, tetapi pengunjung yang memperoleh izin resmi boleh memanfaatkannya. Sebaiknya, memakai topi kalau tidak ingin kepala kita kehujanan kotoran burung atau muntahan makanannya.
Di sepanjang jalur ini tampak berbagai pohon kepu, jati pasir, dan soka hutan. Tepat di tengah pulau kita jumpai menara pengamatan yang dapat kita panjat sampai ke platform di atasnya. Dari tempat itu kita dapat mengamati hampir seluruh kawasan Pulau Rambut.
Hotel burung internasional
Berbagai pohon penginapan di bagian utara pulau dikuasai oleh burung kuntul yang bulunya putih bersih, cangak merah yang coklat kemerahan, dan pecuk ular yang leher panjangnya ditekuk menyerupai ular.
Kerajaan burung di Pulau Rambut |
Losmen pohon di kawasan barat sudah fully booked oleh burung pecuk hitam dan pecuk kecil. Keduanya dapat dibedakan oleh cara mereka terbang. Pecuk hitam selalu melayang kalau terbang, sedangkan pecuk kecil hanya dapat berkepak-kepak pendek. Banyak tingkah tapi kurang prestasi. Semua burung berteriak ramai sekali. Tetapi sekali tempo mereka juga bisa diam tiba-tiba, kalau ada elang laut dan elang bondol yang terbang melintas. Itu ibarat para preman yang suka memalak penghuni "hotel" dan "losmen".
Pada bulan April - Mei, Pulau Rambut selalu kedatangan rombongan burung bluwok (sejenis burung bangau). Sebagai turis asing, burung yang masih kerabat dekat dengan bangau tontong ini datang berombongan dari Malaysia. Mereka melancong naik angin barat yang bertiup ke arah tenggara, dan singgah di Pulau Rambut untuk berkembang biak dan membesarkan anak. Nanti setelah anak-anak tumbuh besar, pas ada angin timur yang bertiup dari Australia ke arah barat pada musim labuh September - Oktober. Itu bisa ditunggangi untuk kembali ke Malaysia lagi. Di antara mereka juga terdapat burung bluwok asal Sumatera sebagai wisman.
Daftar spesies burung di Pulau Rambut |
Selain burung air, di Pulau Rambut juga dapat kita jumpai burung darat yang mencari nafkah di daratan, seperti kepodang yang makan buah kiara, pergam bodas pencari buah-buahan, kucica penggemar serangga, dan srigunting penggemar serangga juga.
Seperti formasi pesawat tempur
Setelah puas mengamati burung dari menara pengawas, sebaiknya kita menjelajah pulau ke bagian utara. Kita harus ekstra hati-hati ketika memasuki hutan di bagian tengah sebelah utara ini. Selain jangan sampai mengganggu burung di penginapan masing-masing, juga kita sendiri jangan sampai diganggu ular piton dan cincin emas, yang juga tinggal di pohon-pohon. Topi pelindung kepala mutlak perlu, supaya tidak disambar ular cincin emas. Walaupun ular berbisa ini tinggal tinggi-tinggi di tajuk pohon, namun tidak tertutup kemungkinan ada yang melancong ke daerah bawahan.
View menara birdwatching Pulau Rambut |
Kadang tampak ada lubang di pangkal batang pohon besar seperti beringin. Tidak usah mencoba ingin tahu apa isinya! Salah-salah bisa kepergok biawak penghuninya yang merasa terganggu tempat tinggalnya diobok-obok.
Kalau kita meneruskan perjalanan dan memutari pulau ke arah selatan lagi, pada waktu menjelang sore kita dapat mengamati kedatangan burung-burung yang kembali dari Pulau Jawa. Di antaranya juga terselip burung cikalang. Mereka melayang-layang di angkasa, tapi kadang juga menukik rendah sampai menyentuh air laut. Makanan mereka memang ikan yang berenang lengah dekat permukaan, meskipun sisa-sisa bangkai binatang yang mengapung juga tidak ditolak. Burung ini disebut burung angin-angin oleh penduduk pantai, karena gerakannya begitu ringan mengikuti arus angin.
Dari atas pohon cemara laut yang tumbuh tinggi di sana-sini terdengar teriakan burung gagak yang ribut berebut tempat tidur.
Menjelang matahari terbenam, tampak rentetan bintik hitam yang memanjang di cakrawala selatan. Makin lama makin tampak seperti formasi pesawat tempur yang mendekati pantai. Itulah rombongan burung pecuk yang kembali dari operasi mereka di tanah Jawa. Tetapi di antaranya juga tampak burung kowak maling yang sudah lepas landas dari Pulau Rambut dan terbang melawan arus pecuk sambil menggertak kowak ... kowak ... kowak ... siap jadi maling di empang-empang ikan pantai Jakarta dan sekitarnya.
Burung Bluwok |
Jika malam tiba, berakhirlah pertunjukan di pentas burung itu. Tinggal embusan angin darat yang bertiup, mengiringi pentas cakrawala. Makin malam makin kencang tiupannya, sampai merasuk ke tulang sumsum. Tetapi sambil menunggu kantuk dan ngerumpi di dermaga, kita bisa melupakan udara dingin itu, ketika menikmati pemandangan indah lampu-lampu gemerlapan di kejauhan pantai Tangerang.
Rusak alamiah
Cagar alam Pulau Rambut tak henti-hentinya diterpa berbagai masalah. Selain oleh ulah manusia, juga oleh alam sendiri. Ini makin parah karena kita dilarang turut campur dalam "urusan dalam negeri" cagar alam.
Gangguan alam paling parah ialah invasi para kalong (kelelawar besar) ke beberapa pohon kepu yang tinggi, di wilayah Barat Laut. Sepintas lalu, serbuan mereka tidak mengganggu kehidupan burung secara langsung, tetapi makin lama keberadaannya makin meresahkan. Jumlah mereka yang tidur siang di pohon-pohon nyata sekali makin banyak. Padahal pohon-pohon itu juga merupakan tempat tinggal dan sumber makanan bagi burung penghuni lama. Daun-daun tertutup kotoran kalong, lalu mati kering karena tak dapat berfotosintesis. Burung penduduk asli digusur tanpa ganti rugi.
Invasi kalong di Pulau Rambut |
Selain masalah kalong, cagar alam Pulau Rambut juga menderita perusakan hutan bakau. Hutan di bagian barat pulau tampak lengang karena sudah banyak pohonnya yang mati. Untuk mencegah kerusakan lebih parah, usaha penghutanan kembali sudah dilakukan. Tetapi anakan pohon yang sudah tumbuh sulit berkembang. Sebagian mati sebelum besar karena terlalu banyak kotoran burung yang menutupi daun tanaman muda.
Hutan pulau itu juga diserbu oleh tanaman introduksi. Tanaman seperti pepaya sudah sangat menjamur di seluruh areal hutan. Bibitnya berasal dari biji yang dibawa oleh burung yang mencari nafkah di Pulau Jawa. Lama-lama justru hutan pepaya ini yang menguasai daerah bawah hutan asli.
Manusia tidak mau ketinggalan menjadi pengganggu cagar alam. Bukannya merusak dengan sengaja, tetapi karena membawa sampah. Banyak yang terbawa arus laut dari Pulau Jawa yang kemudian menutupi sebagian lingkungan pulau. Kebanyakan berupa sampah plastik dan karet yang menutupi akar pohon bakau pembentuk hutan mangrove berikut bibit yang imut-imut mau tumbuh. Pernapasan mereka terhambat, sampai pertumbuhan pun terhambat.
Hutan Mangrove di Pulau Rambut |
Kerusakan terumbu karang di sebelah utara pulau karena pengambilan karang yang berlebihan, juga mendorong laju air laut yang mengikis pantai. Abrasi pantai ini nyata sekali buktinya berupa tunggak pohon besar yang masih bertahan di tempat yang agak jauh ke arah laut.
Masih ada lagi gangguan manusia secara langsung. Yaitu kedatangan kapal bermotor pribadi yang membawa rombongan orang pada hari Minggu, hari libur, dan hari nasional bukan libur. Kebanyakan tanpa izin. Mereka berpiknik, mancing, dan jalan-jalan dalam hutan, tidak mengindahkan larangan menginjakkan kaki di cagar alam. Tanpa pengetahuan dan kesadaran yang cukup untuk melestarikan cagar alam, perjalanan mereka dalam hutan sangat mungkin mengganggu kehidupan burung. Apalagi di musim kawin mereka. Kehadiran manusia yang hiruk pikuk yang mengagetkan bisa menimbulkan stres di kalangan anak-anak burung, lalu mati karena terjatuh dari pohon.
Sampah di Pulau Rambut |
Tentu saja sudah ada berbagai upaya untuk menanggulangi gangguan itu semua. Atau paling tidak meminimalkannya. Misalnya, usaha perbaikan habitat, walaupun sebenarnya dilarang oleh undang-undang. Tindakan ini ironis sekali dipandang sebagai perbuatan melanggar hukum, undang-undang larangan mengubah keadaan alam.
Burung bertengger di kumpulan sampah |
Telah diusulkan juga oleh berbagai kalangan, untuk mengubah status cagar alam Pulau Rambut menjadi status suaka margasatwa. Dengan status suaka margasatwa ini, manusia boleh campur tangan di kawasan itu, demi perbaikan mutu habitat bagi berbagai satwa liar penghuni pulau. Status itu juga mengizinkan penyelenggaraan wisata alam secara terbatas. Dilakukan secara baik dan benar, wisata ini merupakan sumber pendapatan daerah yang sah dan meyakinkan.
Kalau Anda juga ingin ke sana besuk (kapan-kapan), sebaiknya menunggu setelah kawasan itu diubah statusnya dengan undang-undang menjadi kawasan suaka margasatwa. Mudah-mudahan tidak usah menunggu terlalu lama.
Sumber gambar:
datatempo.co
forestdigest.com
mongabay.co.id
khatulistiwa.info
wikipedia.org
duniayudhis.com
Posting Komentar untuk "Cagar Alam Pulau Rambut"