Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML Atas

Pengaruh Islam dalam Kesenian Indonesia

 

Kaligrafi di Museum Istiqlal
Kaligrafi di Museum Istiqlal

Pengaruh Islam dalam Kesenian Indonesia

Pengaruh Islam dalam Kesenian Indonesia - Pengaruh Islam dalam seni rupa Indonesia merupakan hasil dari aktivitas perdagangan yang dimulai sekitar abad ke-11. Pedagang dari provinsi Gujarat di India barat mengembangkan koloni di sepanjang pantai timur Sumatera Utara di Aceh dan Pasir. Secara bertahap pusat-pusat Islam didirikan di Demak dan Jepara di sepanjang pantai utara Jawa, dan pada abad ke-14 masyarakat mulai memeluk Islam sampai ke wilayah Trowulan di Jawa Timur.

Pengaruh Islam dalam Kesenian Indonesia

Faktor yang mempengaruhi kesenian Indonesia salah satunya adalah kebudayaan Islam. Selain pendahulunya, Hindu dan Buddha, Islam memberi ciri tersendiri yang khas. Semacam bentuk patung dan arsitektur masjid, lakon-lakon dalam pewayangan, atau juga seni tulis kaligrafi ikut serta membentuk kesenian di Indonesia. 

Perpaduan Seni Islam

Dengan penyebaran Islam terjadi perkembangan seni, dan seperti halnya seni Hindu, seni Islam di Indonesia pada awalnya terpusat di istana-istana penguasa. Penerimaan Islam secara bertahap tak terhindarkan mengarah pada adopsi banyak bentuk dan gaya seni baru, meskipun toleransi terhadap bentuk-bentuk Indonesia yang lebih tua ( pra-Islam ) menjadi penting bagi keberhasilan pengembangan seni Islam. Akibatnya, tidak umum menemukan arsitektur dan benda-benda seni lainnya yang hanya memiliki ciri-ciri Islami saja. Bahkan situs-situs keagamaan cenderung mendukung banyak ciri-ciri pra-Islam, contoh yang terkenal adalah pintu gerbang Sendang Duwur di Jawa Timur. 

Otoritas agama menyadari pentingnya menggunakan bentuk pra-Islam sebagai sarana untuk memudahkan proses pengenalan dan penerimaan. Dan, sebagai hasilnya banyak dari gaya sebelumnya menemukan ruang di dalam ekspresi artistik Islam.

Lakon Pewayangan

Relief Candi Tegowangi
Relief Candi Tegowangi

Salah satu sarana penyebaran Islam yang paling efektif adalah melalui pertunjukan wayang, yang merupakan salah satu bentuk pertunjukan yang telah populer di Indonesia sejak masa pra-Islam. Sebelum datangnya Islam, tokoh-tokoh wayang serupa bentuknya dengan yang terlihat pada relief-relief candi, seperti di Surowono, Tegowangi dan Panataran, dan bentuk-bentuk ini masih lazim dalam pewayangan wayang Bali. 

Stilisasi pada tokoh wayang
Stilisasi pada tokoh pada seni wayang

Seiring berkembangnya Islam, tokoh-tokoh wayang berubah cukup radikal. Sesuai dengan ajaran Islam, wayang kulit, wayang golek dan wayang beber semuanya mengambil bentuk stilisasi daripada bentuk realistis yang berusaha menghindari representasi langsung karakter manusia.

Kisah-kisah pewayangan yang bersejarah dan heroik, termasuk Ramayana dan Mahabharata, juga diislamkan. Dengan diperkenalkannya pelajaran-pelajaran keislaman yang dibawakan oleh para wali, wayang secara sadar digunakan sebagai sarana penyebaran agama. Misalnya, kalimat syahadat ( pengakuan iman Islam ) adalah jimat paling kuat yang disebut jimat Kalimuosodoa. Kisah-kisah lain juga digambarkan dengan cara yang sama, seperti melalui teater wayang golek, secara khusus mengandung konten Islami, semisal legenda Menak atau kisah-kisah pahlawan Islam lainnya.

Patung Makam dan Masjid

Beberapa kuburan Muslim tertua di Indonesia memiliki batu nisan khas Islam. Batu nisan bergaya Gujarat tertentu ditemukan di Samudera Pasai di Aceh utara, dan di Gresik, dekat Surabaya di Jawa.

Makam Sultan Al Malik Ash Shalih
Makam Sultan Al Malik Ash Shalih

Arsitektur masjid-masjid Indonesia berbeda secara signifikan dari yang ditemukan di tempat lain di dunia Muslim. Masjid era awal dibangun mengikuti prinsip dasar bangunan kayu dengan ruang pertemuan ( pendopo ) di depan, fitur yang tidak ditemukan di masjid-masjid di tempat lain. 

Interior Masjid Agung Demak
Interior Masjid Agung Demak

Masjid Menara Kudus
Masjid Menara Kudus

Mereka juga memiliki atap berbentuk piramida bertingkat yang memungkinkan ventilasi yang baik, dan didukung oleh deretan kolom kayu. Masjid-masjid ini bisa dilihat di Cirebon, Banten, Demak, dan Kudus. Interior mereka didekorasi dengan pola bunga, hewan, dan geometris. Sebuah praktik yang diadopsi untuk meniru ubin warna-warni yang ditemukan di masjid-masjid di Timur Tengah dan di Moghul India adalah pemasangan piring Cina, Vietnam, dan Thailand ke dinding.

Kaligrafi

Kaligrafi Islam, lebih khusus kaligrafi Arab, telah menjadi elemen penting dalam seni dekoratif Islam. Hal ini juga berlaku untuk Indonesia. Benda-benda upacara di istana-istana tua, seperti keris, tombak, pedang dan panji-panji, sering dihiasi dengan kaligrafi. Kaligrafi sering muncul dalam lukisan kaca dan ukiran kayu yang membentuk beberapa elemen dekoratif istana. Tokoh wayang atau orang suci ditampilkan dalam kaligrafi untuk menyamarkan bentuk manusianya. Dalam seni rupa modern Indonesia, huruf kaligrafi mengungkapkan tema tertentu dalam lukisan Islam.

Kaligrafi berlimpah di Aceh, di mana salah satu kerajaan Islam paling kuat di Indonesia berkembang antara abad ke-16 dan ke-19. Aksara Arab digunakan untuk surat resmi seperti pada surat yang ditulis oleh Sultan Aceh, Iskandar Muda (1607–1636) kepada Raja James I dari Inggris. Di sini juga, di Kuta Katang di Samudera (Aceh), kita menemukan kaligrafi Arab di batu nisan tertua yang menggambarkan pengaruh Gujarat, yaitu kaligrafi Ratu Nahrasiyah (1400-1427). 

Kaligrafi pada nisan Ratu Nahrasiyah
Kaligrafi pada nisan Ratu Nahrasiyah

Beberapa batu nisan lainnya dihiasi dengan tulisan kaligrafi dalam perpaduan gaya Nashki dan Kufi. Kaligrafi Arab juga terlihat pada benda-benda upacara seperti keris bermata dua, keris dan tombak dari Sumatera, Jawa, Madura dan Lombok; dan pada berbagai kain seperti batik, kain upacara tradisional seperti kain kepala, panji-panji keraton, kalender. Itu juga ditenun dengan benang emas pada kain songket.


Kesenian Indonesia merupakan perpaduan yang menawan dari berbagai kebudayaan. Semuanya menyatu di tanah nusantara ini. Kesadaran akan hal ini harusnya membuat kita sebagai masyarakat Indonesia masa kini lebih mencintai semua ornamen-ornamen penyusun tersebut, bahkan mestinya menjadi lebih waspada akan narasi polarisasi.

Semoga artikel mengenai Pengaruh Islam dalam Kesenian Indonesia ini dapat kembali membuka batin kita bahwa Indonesia adalah bangsa yang kaya. Hasil seni yang elok serta bernilai tinggi juga merupakan aktualisasi dari tingkat kebudayaan tinggi dari bermacam penjuru. Semoga informasi ini bermanfaat.

Jangan lupa baca juga artikel mengenai Pengaruh Hindu-Buddha dalam Kesenian Indonesia.

*disarikan dari berbagai sumber.

Sumber gambar:
kediripedia.com
www.mapesaaceh.com
wisatajateng.com

Posting Komentar untuk "Pengaruh Islam dalam Kesenian Indonesia"