Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML Atas

Masih Saja Tidak Akur

 

Masih Saja Tidak Akur

Seusai melihat interview dengan narasumber seorang vokalis band kenamaan asal Jogja, saya semacam diingatkan kembali untuk selalu berusaha merangkum nilai kebaikan dari setiap peristiwa. Bukan saja terhadap peristiwa yang saya alami sendiri. Peristiwa-peristiwa yang menjadi pengalaman hidup orang lain pun harus bisa saya tuai kebaikannya. 

Belajar dari sebuah kelompok band asal Jogja yang menurut sejarahnya sudah berkarya bersama selama lebih dari 20 tahun dan masih awet hingga kini, ternyata kontinuitas mereka dalam bermusik sama sekali tidak dicapai dengan mudah. Dari awalnya yang benar-benar dari titik nol hingga berada pada tingkat ketenaran yang agaknya sulit untuk dilupakan, merupakan serangkaian pembelajaran yang tak ada hentinya. 

Berkarya bersama selama kurun waktu itu jelas penuh dinamika, namun nyaris tidak ada perselisihan yang berarti. Pergantian personil juga terjadi, tapi bukan dikarenakan perselisihan. Sikon kala itu yang memang mengharuskan terjadinya pergantian personil. 

Visi yang sama, komunikasi yang sehat, dan rasa tepo seliro yang tinggi yang menjadi kunci mereka untuk selalu terikat. 

Masih Saja Tidak Akur
img/pexels.com

"Wong dari awalnya memang pertemanan, kebetulan sama-sama hobi musik, trus band-bandan. Eeh ndilalah kondang, ya wis to, disyukuri. Masak dulunya ngere bareng (miskin bersama), mbasan sugih bareng masak terus bubar, " kata sang vokalis yang juga pentolan band itu begitu ditanya mengenai resep kelanggengan bandnya. 

"Level kebersamaan kami sudah seperti seduluran. Bahkan lebih dekat dibanding saudara-saudara kandung kami sendiri. Pas latian opo ora pas latian, ono padune ki wis biasa. Sudah sama-sama ngerti soalnya," jelasnya lagi. 

Dengan suara yang lebih pelan tapi tegas, ia berkata lagi, "Yang bisa membuat band kami awet itu karena kami mencintai prosesnya. Sampai detik inipun kami masih dalam proses itu. Dan kami masih mencintai ini semua." 

Dengan konteks yang sama, pada peristiwa yang berbeda, resep kebersamaan mereka pun dapat digunakan. Bahkan untuk jangkauan yang lebih luas. Bahwa kesamaan cita-cita, keterbukaan pikiran, dan kelapangan hati bisa menjadi alat bagi kebersamaan yang langgeng, dan tentunya produktif. 

Boleh setuju, boleh juga tidak. Tetapi, semoga kita tetap bisa mengantongi bulir-bulir hikmah yang ada. 

— Sandy

Posting Komentar untuk "Masih Saja Tidak Akur"