Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML Atas

Nyanyian Petang Anak Nelayan

Nyanyian Petang Anak Nelayan
img/viva.co.id

[Bagian 1]

Malam tiba
Darat menghulu angin
Menyurut nahkoda ke tengah laut
Memalsu janji memekarkan batin
“Esok hari, kita bisa makan!”

Lidah ombak berbuih putih
Tertawan gelombang menjilat bumi
Ya ... Ia gagah sebagai maha patih
Menghunus keris berlaga mati

Angin berbutir pasir terbang kencang
Kecil-kecil muka ditampar
Menikam hati, menusuk mata nan hangat menggenang
Bertahan badan rapuh yang mulai bergetar

Budak kecil lantang berdiri
Peluk sang ibu melintang di dada
Jauh menatap kelam, menghisap harapnya
Menyeruak tanya dalam hati
"Mak, apa bapak besok pulang?"

Jogja, Nov ‘05


[Bagian 2]

Malam menanti fajar
Dalam diam
Senja masih dinanti pula
Dalam harapnya yang tua

Akankah beliau pulang?

Sepekan lagi mungkin beliau balik
Membawa kebahagiaan
Lantas pergi lagi saat pasang naik
Ditinggalnya bekal sepekan ke depan

Bukan ikan yang dinanti
Bukan perut lapar atau takut mati
Inginnya hanya bapak pulang cepat
Karena melaut sama saja berperang
Entah kalah lalu mati, atau menang lantas pulang

Jogja, Des ‘05

—Sandy 

Posting Komentar untuk "Nyanyian Petang Anak Nelayan"