bahasa indonesia,bahas bahasa indonesia, Ario Sandy
Sedikit Bahas Bahasa Indonesia

Sedikit Bahas Bahasa Indonesia

Sedikit Bahas Bahasa Indonesia – Ditetapkannya bulan Oktober sebagai Bulan Bahasa dan Sastra oleh Kemdikbud dan lembaga terkait lainnya merupakan wujud kecintaan terhadap bahasa dan sastra Indonesia yang tercantum dalam resolusi Kongres Pemuda ke-2 silam.

Beberapa waktu belakangan pihak-pihak yang peduli terhadap bahasa Indonesia mengutarakan keprihatinan atas menurunnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dalam penggunaan lisan ataupun tulisan. Kebiasaan mencampurkan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia terutama dalam percakapan (lisan) semakin umum dilakukan. Ada yang mengungkapkan kebiasaan itu semakin mengarah kepada perilaku xenomania. Xenomania adalah kesukaan yang berlebihan terhadap segala sesuatu yang asing (berasal dari luar negeri).

Sebetulnya ada beberapa faktor penyebab bahasa Indonesia semakin tidak digunakan dengan baik dan benar, tapi tentunya tidak akan dibahas pada tulisan ini.

Hal yang tak kalah penting adalah tidak menganggap kata atau istilah bahasa asing sebagai ancaman. Justru sebenarnya serbuan kata asing itu dapat memperkaya khazanah bahasa Indonesia. Contohnya, kita bisa mendapatkan kata “diska lepas” sebagai padanan dari flash disk, atau “laku lajak” sebagai padanan kata over acting.

Bahasa Indonesia mengalami proses pengayaan terus menerus. Pada KBBI edisi kelima yang diterbitkan oleh Kemdikbud pada tahun 2016 lalu, bahasa Indonesia memuat setidaknya 127 ribu lema (kata) dan makna.

Hal yang menarik dan membuat saya terhenyak ternyata bahasa Indonesia tersusun dari serapan ribuan kata dari bahasa asing dan daerah (lokal). Di dalam buku “9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Asing” tulisan Alif Danya Munsyi—nama samaran dari Yapi Tambayong alias Remy Sylado— mengungkapkan bahwa bahasa Indonesia menyerap dari 21 bahasa asing dan beberapa bahasa daerah. Selain itu ada juga kata yang berasal dari bahasa pergaulan (prokem) ataupun salah pengertian (persepsi).

Baca Juga 5 Alasan Mengonsumsi Teh Hijau untuk Menghilangkan Lemak Perut

Saya juga baru mengerti, dalam buku di atas diterangkan bahwa nama odading (penganan roti bakar) itu juga berasal dari bahasa Belanda “O, dat ding?” yang artinya “O, benda itu?”. Lidah Sunda kemudian menyebutnya dengan odading. Bagi kamu yang belum tahu ceritanya bisa mencari tahu sendiri melalui mbah Google.

Para penggiat bahasa semacam sastrawan, guru / pengajar, atau jurnalis juga tidak berhenti untuk mengenalkan dan mempopulerkan kata-kata baru sebagai padanan kata asing yang banyak muncul seiring terbukanya akses informasi melalui internet. Misal saja ada kata gawai, daring (dalam jaringan), linimasa, dan masih banyak lainnya.

Bahasa Indonesia menempati urutan ke-10 penutur terbanyak di dunia, sebesar kurang lebih 200 juta jiwa. Semoga esok hari semakin banyak lagi bangsa yang mau mempelajari dan menggunakan bahasa ini.

Sudah sepantasnya pula kepedulian terhadap penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi tugas kita bersama. Selain fungsinya sebagai pemersatu, bahasa merupakan identitas dan representasi kebesaran bangsa. Harapan selanjutnya, bahasa Indonesia dapat semakin kaya dan mampu berdaulat di tanahnya sendiri.

— Sandy

Tinggalkan Balasan